Info

Recent Posts

Peredaran uang dan pengaruhnya dalam perekonomian

 

Jika dianalogikan layaknya darah dalam tubuh manusia, jumlah uang beredar dan perputarannya memberikan gambaran yang komprehensif tentang kesehatan ekonomi suatu negara. Para pakar dari berbagai madzhab ekonomi memiliki kesepahaman bahwa jumlah uang beredar adalah variabel penting dalam pengelolaan ekonomi, pengendalian inflasi, dan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa fiat money yang saat ini beredar tanpa jaminan emas yang rentan akan ketidakstabilan nilainya terutama jika penerapan berbagai kebijakan yang tidak terkendali. 


Jumlah uang beredar memiliki dampak langsung terhadap tingkat inflasi dan deflasi dalam
perekonomian, yang berarti; 

  • Inflasi, ketika jumlah uang beredar dalam perekonomian meningkat secara berlebihan, maka daya beli masyarakat akan naik. Jika peningkatan uang beredar tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah barang dan jasa yang tersedia, maka permintaan akan melampaui penawaran. Hal ini menyebabkan harga-harga naik, yang disebut inflasi.
  • Deflasi, sebaliknya, ketika jumlah uang beredar menurun, daya beli masyarakat cenderung melemah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga harga-harga cenderung turun. Jika tidak diatasi, kondisi ini bisa memicu deflasi, yaitu penurunan harga secara umum dalam jangka waktu panjang yang bisa melemahkan ekonomi.

Dalam suatu negara, secara resmi pengaturan peredaran uang melalui kebijakan moneter dilakukan oleh Bank Sentral dan Kebijakan Fiskal atau pajak yang akan mengisi pos penerimaan APBN / APBD serta alokasi belanja pemerintah.  Kebijakannya dapat berupa;

  • Kebijakan Moneter diantaranya Bank sentral dapat menaikkan suku bunga untuk mengurangi jumlah uang beredar (mengendalikan inflasi) atau menurunkan suku bunga untuk menambah uang beredar (merangsang pertumbuhan ekonomi), Operasi Pasar Terbuka (OPT) dengan membeli atau menjual surat berharga pemerintah,  atau menentukan Rasio Cadangan Wajib yang harus disimpan oleh bank komersial.  Disamping itu, pengendalian nilai tukar mata uang melalui intervensi pasar valuta asing, jika bank sentral membeli mata uang asing, uang domestik beredar meningkat. Sebaliknya, penjualan mata uang asing dapat mengurangi uang beredar.
  • Kebijakan Fiskal dapat dilakukan dengan mengatur pengeluaran pemerintah yang diimbangi dengan ouput produksi dan juga pengaturan pungutan pajak, penurunan pajak dapat meningkatkan daya beli masyarakat dan meningkatkan uang beredar, sebaliknya kenaikan pajak bisa mengurangi daya beli dan mengurangi jumlah uang beredar.

Selain kebijakan resmi dari pemerintah dan bank sentral, aktivitas lain yang lebih informal atau ilegal juga memengaruhi jumlah uang beredar dalam perekonomian, diistilahkan dengan ekonomi bayangan (underground economy) yang memiliki dampak signifikan dan sering kali merugikan ekonomi formal suatu negara. Berikut beberapa aktivitas dan dampaknya;

  • Judi Online: Dana yang dihabiskan dalam judi online sering kali mengalir ke luar negeri, terutama jika penyedia layanan judi berlokasi di luar negeri. Ketika uang masyarakat ditarik ke luar negeri, ini mengurangi jumlah uang beredar dalam negeri karena uang yang tadinya berada dalam sistem keuangan domestik berpindah ke luar negeri. Jika skala judi online besar, dampaknya bisa signifikan karena daya beli masyarakat di dalam negeri berkurang, yang bisa memicu penurunan konsumsi dan memperlambat ekonomi.
  • Korupsi: Korupsi mengalihkan uang dari penggunaan yang produktif ke kepentingan pribadi yang tidak produktif. Misalnya, uang yang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur atau program sosial berakhir di rekening pribadi yang mungkin disimpan di luar negeri atau disembunyikan dalam bentuk aset tidak produktif. Ini mengurangi efektivitas uang beredar yang sebenarnya dapat mendukung perekonomian. Uang yang keluar dari sirkulasi produktif ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan daya beli.
  • Perdagangan Narkoba: Seperti korupsi, perdagangan narkoba melibatkan pergerakan uang dalam skala besar yang sering kali berada di luar sistem keuangan formal. Uang hasil penjualan narkoba sering kali disimpan dalam bentuk tunai atau dipindahkan ke luar negeri untuk menghindari deteksi. Aktivitas ini mengurangi jumlah uang yang beredar dalam sistem perbankan formal, yang artinya bank tidak bisa mengakses dana tersebut untuk pinjaman atau investasi produktif. Selain itu, uang yang dialirkan ke luar negeri atau disembunyikan mengurangi potensi pengeluaran di dalam negeri yang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi.
  • Ekonomi Hitam atau Transaksi di Pasar Gelap: Ekonomi hitam, yang mencakup aktivitas ekonomi yang tidak tercatat seperti perdagangan barang selundupan dan transaksi gelap, juga mengurangi efektivitas jumlah uang beredar. Dalam pasar gelap, transaksi sering dilakukan dalam bentuk tunai dan tidak masuk ke dalam sistem perbankan formal. Akibatnya, uang ini tidak berkontribusi pada likuiditas sistem perbankan atau investasi produktif dalam perekonomian resmi.
  • Investasi Spekulatif di Luar Negeri: Investasi spekulatif di luar negeri, seperti spekulasi properti di luar negeri atau pembelian aset dengan motivasi pencucian uang, juga mengalihkan uang keluar dari perekonomian domestik. Jika terjadi dalam skala besar, uang yang keluar dari negeri ini bisa mengurangi likuiditas dan menurunkan uang beredar di dalam negeri, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Berbagai aktivitas tersebut yang tidak tercatat dan terpantau diantaranya memiliki dampak;

  • Distorsi dalam Kebijakan Ekonomi, Menurut Michael G. Allingham dan Agnar Sandmo dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ekonomi hitam menimbulkan distorsi dalam perhitungan indikator ekonomi makro, seperti PDB, yang menjadi dasar bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan ekonomi. Ketika kegiatan ekonomi ini tidak tercatat, data yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga kebijakan yang dirancang berdasarkan data tersebut kurang efektif dalam menyasar masalah yang sebenarnya dihadapi masyarakat.
  • Pengurangan Pendapatan Pajak, menurut Friedrich Schneider, seorang ahli ekonomi dari Johannes Kepler University di Austria dalam bukunya "The Shadow Economy and Work in the Shadow: What Do We (Not) Know? (2011) yang telah banyak meneliti ekonomi bayangan, ekonomi hitam mengurangi pendapatan pajak negara karena transaksi dan kegiatan ekonomi tersebut tidak tercatat dan tidak dikenakan pajak. Dalam sebuah studi, Schneider menyatakan bahwa ekonomi bayangan yang besar dapat mengakibatkan negara kehilangan pendapatan pajak yang dapat digunakan untuk pembiayaan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan masyarakat
  • Meningkatkan Ketidakadilan Ekonomi, ketika masyarakat miskin beroperasi dalam ekonomi bayangan tanpa perlindungan hukum yang memadai, mereka sering kali sulit memperoleh pinjaman dan investasi, yang justru menghambat pertumbuhan ekonomi mereka dan memperparah ketimpangan. Hal ini juga memperbesar kesenjangan antara ekonomi formal yang memiliki akses lebih luas dan ekonomi informal yang terbatas
  • Pengaruh Buruk pada Investasi dan Kredibilitas Ekonomi, Nouriel Roubini mengungkapkan bahwa negara dengan ekonomi bayangan yang besar sering dianggap kurang kredibel dan tidak transparan di mata investor internasional. Menurutnya, hal ini dapat membuat negara tersebut sulit menarik investasi asing yang signifikan, yang pada akhirnya menghambat pembangunan ekonomi jangka panjang. Investor menginginkan keamanan dan transparansi, dan ekonomi hitam yang besar justru menunjukkan ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola aktivitas ekonomi.

Disamping dampak berbagai aktifitas non formal tersebur, masalah pemerataan kesejahteran akibat beredarnya uang hanya pada golongan tertentu juga tidak bisa dianggap sepele. Orang kaya yang memiliki kekayaan dalam jumlah besar dapat berperan dalam ketimpangan kesejahteraan di masyarakat, terutama jika kekayaan mereka tidak beredar secara produktif dalam ekonomi.

Kekayaan yang sangat terkonsentrasi di tangan sekelompok kecil masyarakat memperbesar jurang antara yang kaya dan yang miskin. Ketimpangan ini sering kali terjadi karena sebagian besar pendapatan atau kekayaan terkonsentrasi pada kelompok kecil ini yang memiliki modal atau aset produktif, sehingga memungkinkan mereka menghasilkan lebih banyak keuntungan, sedangkan masyarakat kelas menengah ke bawah cenderung mengandalkan pendapatan dari upah atau usaha kecil yang pertumbuhannya lebih lambat. 

Sebagai penutup, peredaran uang yang saat ini menggunakan sistem yang tidak tergantung pada cadangan fisik emas, sangat bergantung pada kepercayaan masyarakatnya dan kredibilitas pemerintah dalam mengatur peredarannya. Jumlah uang beredar bukan hanya mempengaruhi inflasi dan deflasi pada suatu negara, tetapi juga banyak aspek lain, seperti nilai tukar mata uang, pertumbuhan ekonomi, konsumsi, investasi, suku bunga, pengangguran, dan kepercayaan masyarakat. Disamping itu, pentingnya upaya pemerataan kesejahteraan melalui kebijakan yang diterapkan untuk mengatur peredaran uang.

Mengoptimalkan Nilai Harta melalui Investasi

Investasi, sebagai upaya mengalokasikan dana nganggur dengan memilih beberapa instrumen investasi
sehingga meminimalkan resiko masa depan atau upaya mengoptimalkan nilai Hartanya. Tentunya disamping menawarkan potensi pertumbuhan, investasi juga tetap mengandung risiko.


Beberapa Risiko Investasi:

  • Nilai investasi dapat menurun karena fluktuasi harga pasar. seperti harga saham, harganya dapat turun akibat kinerja keuangan maupun prospek bisnis emiten perusahaannya
  • Risiko likuiditas; Sulitnya menjual aset investasi secara cepat tanpa mengorbankan nilai. Seperti Harga properti yang tinggi sulit menjualnya secara cepat karena terbatasnya pembeli yang memiliki dana mencukupi sehingga dibutuhkan pendanaan jangka panjang seperti bank.
  • Inflasi / turunnya nilai mata uang; Nilai riil aset bisa berkurang karena inflasi yang menggerogoti daya beli. Pentingnya target pertumbuhan investasi yang melebihi tingkat inflasi.
  • Risiko Kredit; Terkait obligasi atau surat utang, ada risiko bahwa penerbit surat utang tidak mampu memenuhi kewajibannya.
  • Risiko Mata Uang; Untuk investasi internasional, fluktuasi nilai tukar bisa mempengaruhi nilai investasi dalam mata uang asing.
  • Risiko Suku Bunga: Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi nilai investasi, terutama obligasi.
  • Risiko Politik: Perubahan kebijakan atau kondisi politik dapat mempengaruhi iklim bisnis, stabilitas pasar dan nilai investasi.


Cara Mengoptimalkan Nilai Harta melalui Investasi:

  • Diversifikasi: Menyebar investasi ke berbagai jenis aset (saham, obligasi, properti-penyewaan properti, logam mulia dan sektor riil-bisnis) untuk mengurangi risiko. Jika satu aset mengalami penurunan, aset lain mungkin memberikan keuntungan, sehingga portofolio tetap stabil.
  • Reinvestasi Keuntungan: Menggunakan kembali dividen, bunga-bagi hasil, atau keuntungan yang didapat dari investasi untuk berinvestasi lebih lanjut, yang akan mempercepat pertumbuhan harta.
  • Melakukan investasi jangka panjang yang lebih stabil, seperti properti atau saham blue-chip, yang cenderung meningkat nilainya seiring waktu.
  • Sesuaikan pilihan investasi dengan tingkat toleransi risiko. Investor konservatif mungkin lebih memilih obligasi atau reksa dana pasar uang, sedangkan investor agresif mungkin akan mengambil risiko lebih tinggi dengan berinvestasi di saham.
  • Review dan Rebalancing: Secara berkala meninjau dan menyesuaikan portofolio investasi agar tetap sesuai dengan tujuan keuangan dan situasi pasar.
  • Investasi pada Aset Produktif: Misalnya, properti yang dapat disewakan atau saham perusahaan yang memberikan dividen, sehingga mendapatkan aliran pendapatan tetap selain dari kenaikan nilai investasi.